Psikologi Pendidikan: Pelajar yang tak Biasa
July 02, 2017
Pelajar yang “tidak biasa” (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau
ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Kita akan mendiskusikan
kedua jenis anak luar biasa ini, tetapi disini kita akan lebih fokus pada jenis
anak yang memiliki kekurangan kemampuan.
SIAPAKAH
ANAK YANG MENDERITA KETIDAK MAMPUAN ITU?
Kurang lebih
11 sen anak dari usia enam sampai tujuh belas tahun di AS mendapatkan
pendidikan atau pelayanan khusus. Contoh 1 menunjukkan perkiraan persentase
anak-anak yang mengalami gangguan, yang memperoleh pendidikan khusus (U.S.
Department of Education, 2000). Dalam kelompok ini, lebih dariseparuhnya
menderita gangguan atau ketidakmampuan belajar (learning disability). Juga ada
banyak murid yang mengalami gangguan bicara atau bahasa (19 persen dari
kelompok anak yang menderita gangguan kemampuan), retardasi mental (11 persen
), atau gangguan emosional serius ( 8 persen ).
Ketidakmampuan belajar 2.817.148 50,8%
Gangguan
Bicara dan Bahasa
1.074.548 19,4
Retardasi
Mental
611.076 11,0
Gangguan
Emosional
463.262 8,4
“Gangguan
Bermacam-macam”
107.763 1,9
Gangguan
Pendengaran 70.883 1,3
Gangguan
Ortopedik
69.495 1,3
Gangguan
Kesehatan Lainnya
220.831 4,0
Gangguan
Penglihatan
26.132 0,5
Autisme 53.576 1,0
Buta –
Tuli
1.609 >0,1
Cidera
Otak Traumatik
12.933 0,2
Kelambatan
Perkembangan
11.910 0,2
TOTAL 5.541.166
Disability : Keterbatasan ( ketidakmampuan )
personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang
Handicap : Kondisi yang dinisbahkan pada orang yang
menderita ketidakmampuan
Kita akan mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan
(disorder) sebagai berikut: gangguan
organ indra (sensory), gangguan
fisik, retardasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar (learning disorder), attention deficit hyperactivity disorder, dan gangguan emosional
dan perilaku.
GANGGUAN INDRA
Gangguan
indra mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran, diantaranya
:
1. Gangguan
Penglihatan
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang
menderita gangguan penglihatan ini adalah menentukan modalitas agar murid dapat
belajar dengan baik.
2. Gangguan
Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses
belajar anak. Anak yang tuli sejak lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak
biasanya lemah dalam kemampuan bicara dan bahasanya.
Beberapa kemajuan medis dan teknologi, seperti yang
disebutkan disini, juga telah meningkatkan kemampuan belajar anak yang
menderita masalah pendengaran antara lain:
·
Pemasangan Cochlear
·
Menempatkan semacam alat di telinga.
Namun ini bukan prosedur yang permanen.
·
Sistem hearing aids dan amplifikasi
·
Perangkat telekomunikasi dan radiomail
GANGGUAN
FISIK
1. Gangguan
Ortopedik
Biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu
mengontrol gerak karena masalah di otot, tulang, atau sendi. Tingkat gangguan
bervariasi. Bisa disebabkan oleh problem prenatal, atau penyakit dan kecelakaan
saat anak-anak.
Cerebral
palsy aadalah gangguan yang berupa lemahnya koordinat
otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking),
atau bicaranya tidak jelas.
2. Gangguan
kejang-kejang
Jenis yg paling sering dijumpai epilepsy, gangguan
saraf yg biasanya ditandai dengan serangan sensorimotor, atau kejang-kejang.
RETARDASI
MENTAL
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun
yang ditandai dengan kecerdasan yg rendah. (Biasanya nilai IQ dibawah 70) dan
sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. IQ rendah dan kemampuan
beradaptasi yang rendah biasanya tampak sejak kanak-kanak, dan tidak tampak
pada periode normal, dan keadaan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan
atau penyakit atau cedera otak.
Retardasi mental disebabkan oleh faktor genetik dan
kerusakan otak. Bentuk yang paling umum dari retardasi mental adalah Down
Syndrome.
1. Down
Syndrome yang ditransmisikan
(diwariskan) secara genetic. anak dengan sindrom down ini punya kromoson lebih
(kromoson ke-47).
2. Fragile
X Syndrome adalah tipe kedua
yang paling lazim dari retardasi mental sindrom ini diwariskan secara geneik
melalui kromoson X yang tidak normal yang menyebabkan retardasi mental ringan
sampai berat.
3. Fetal
alcohol syndrome adalah serangkaian ketidaknormalan, termasuk retardasi
mental dan ketidaknormalan wajah, yang muncul dalam diri anak yang kecanduan
minuman beralkohol pada waktu hamil. FAS menimpa sekitar sepertiga dari anak,
dari wanita yang kecanduan alcohol.
GANGGUAN
BICARA DAN BAHASA
Sejumlah masalah problem bicara (seperti gangguan
artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan) dan problem bahasa (kesulitan
untuk menerima informasi dan bahasa ekspresif).
Gangguan Artikulasi
adalah problem dalam melafalkan suara secara benar. Artikulasi anak pada
usia enam atau tujuh tahun tidak selalu benar dalam kesalahan, tetapi pada usia
delapan semestinya artikulasi mereka seakan tidak salah lagi
Gangguan Suara adalah gangguan dalam menghasilkan
ucapan, yakni ucapan yang keras, kencang, terlalu keras, terlalu tinggi, atau
terlalu rendah nadanya.
Gangguan kefasihan adalah gangguan yang biasanya
disebut “gagap”. Kondisi ini terjadi ketika ucapan anak terbata-bata.
Gangguan Bahasa adalah kerusakan siginifikan dalam
bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.
Gangguan
bahasa mencakup tiga kesulitan :
1.
Kesulitan menyusun pertanyaan untuk memperoleh informasi yang
diharapkan.
2.
Kesulitan memahami dan mengikuti perintah lisan
3.
Kesulitan mengikuti percakapan, terutama ketika percakapan itu
berlangsung cepat dan kompleks
Kesulitan-Kesulitan dalam bahasa berkaitan dengan
dua gangguan, gangguan bahasa Reseptif maupun Ekspresif.
·
Bahasa Reseptif adalah penerimaan dan
pemahaman atas bahasa. Anak penderita gangguan bahasa reseptif akan kesulitan
untuk menerima informasi. Informasi
masuk tetap otak akan sulit untuk memprosesnya secara efektif, hal ini menyebabkan
anak kelihatan cuek atau bengong saja.
·
Bahasa Ekspresif adalah berkaitan dengan
kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan berkomunikasi
dengan orla. Beberapa anak bisa dengan mudah memahami apa yg diucapkan orla,
namun terkadang mrk kesulitan untuk memberi tanggapan atau mengekspresikan
pendapatnya.
Ciri-ciri Anak penderita Gangguan Bahasa Ekspresif
Oral
a. Mereka mungkin tampak malu, menarik
diri, dan memiliki problem dalam berinteraksi
sosial.
b. Mereka mungkin menunda memberi jawaban.
c. Mereka mungkin kesulitan menemukan kata
yang tepat.
d. Pemikiran mereka mungkin ruwet dan tidak
tertata, shg memusingkan
pendengarannya.
e. Mereka mungkin menghilangkan bagian
integral dari suatu kalimat atau informasi yg
dibutuhkan
untuk pemahaman
KETIDAKMAMPUAN
BELAJAR (Learning Disability)
Learning disability didefinisikan atas tiga definisi
yaitu;
1. Punya
kecerdasan normal atau diatas normal,
2.
Kesulitan dalam setidaknya satu mata pelajaran atau biasanya beberapa
mata belajaran,
3. Tidak
memiliki problem gangguan lain, seperti retardasi mental yang menyebabkan
kesulitan.
Karakteristik Umum:
·
Kesulitan mempertahankan atensi.
·
Keterampilan membaca yg buruk
·
Strategi belajar dan memori tidak efektif
·
Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yg
melibatkan penalaran abstrak
·
Kurang pemahaman akan diri dan memiliki
motivasi rendah dlm menyelesaikan tugas-tugas akademik.
·
Keterampilan motorik buruk
·
Keterampilan sosial buruk
Attention
Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD)
Ciri-ciri anak Penderita ADHD;
1. Kurang
perhatian (Inanttention)
2.
Hiperaktif (Hyperaktivity)
3.
Impulsif (Impulsivity)
GANGGUAN
PERILAKU DAN EMOSI
Gangguan perilaku dan emosi erat kaitannya dengan
hubungan agresi, depresi, ketakutan yag berkaitan dengan persoalan pribadi atau
sekolah dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional.
Karakteristik umum pada Gangguan perilaku dan Emosi
· Rasa
harga diri rendah
· Keterampilan
sosial yg buruk
· Kesulitan
mencapai dan membina relasi interpersonal sec. Memuaskan
· Sering
tidak masuk sekolah.
· Memperlihatkan
penurunan prestasi akademik seiring peningkatan usia.
· Kurang
menyadari parahnya masalah yg mrk hadapi.
ANAK-ANAK
BERBAKAT
Anak Berbakat adalah anak dengan kecerdasan di atas
rata-rata (biasanya didefenisikan memiliki IQ 130 atau kebih) dan/atau punya
bakat unggul di beberapa bidang seperti seni, musik, atau matematika.
Karateristik anak berbakat yaitu:
1. Dewasa lebih dini (precocity). Anak berbakat adalah anak yang dewasa sebelum waktunya
apabila di beri kesempatan untuk menggunakan bakat atau talenta mereka. Mereka
mulai menguasai suatu bidang lebih awal ketimbang teman-temannya yang tidak
berbakat. Dalam banyak kasus, anak berbakat dewasa lebih dini karena mereka
dilahirkan dengan membawa kemampuan di domain tertentu, walaupun bakat sejak
lahir ini tetap harus dipelihara da di pupuk.
2. Belajar
menuruti kemauan mereka sendiri. Anak berbakat belajar secara berbeda dengan
anak lain yang tak berbakat. Mereka tidak membutuhkan banyak dukungan, atau
scaffolding, dari orang dewasa. Sering kali mereka tak mau menerima intruksi
yang jelas. Mereka juga kerap membuat penemuan dan memecahkan masalah sendiri
dengan cara yang unik di bidang yang menang menjadi bakat mereka. Tapi,
kemampuan mereka di bidang lain bioleh
jadi normal atau bias juga di atasa normal.
3. Semangat untuk menguasai. Anak yang berbakat
tertarik untuk memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Mereka memperlihatkan
minat besar dan obsesif dan kemampuan kuat focus. Mereka tidak perlu didorang
oleh orang tuanya. Mereka punya motivasi internal yang kuat
MENDIDIK
ANAK BERBAKAT
Anak berbakat yang tidak merasa tertantang dapat
mengganggu, tidak naik kelas, dan kehilangan semangat untuk berprestasi.
Terkadang anak anak ini suka membolos, pasif, dan apatis terhadapm sekolah
(roselli,1996)
1. Kelas
khusus. Secara historis, ini adalah cara yang lazim untuk mendidik anak
berbakat. Kelas khusus selama masa sekolah regular dinamakan program
“pull-out”. Beberapa kelas khusus diselenggarakan setelah sekolah regular, atau
dimasa liburan.
2.
Akselerasi dan pengayaan dikelas regular.
3.
Program mentor dan pelatihan. Beberapa pakar percaya ini adalah cara
penting yang jarang dipakai untuk memotivasi,menantang,dan mendidik anak anak
berbakat secara efectif
4. Kerja,
studi dan program pelayanan masyarakat.
Referensi:
Santrock, John W. (2004). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Santrock, John W. (2004). Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
0 komentar