Neuropsikologi: Otak

December 08, 2016


MAKALAH PSIKOLOGI UMUM I
OTAK


 
disusun oleh:

Shinta Dwi Uljanah (161301158)
Brian Tarigan (161301159)
Bobi Andrean (161301160)
Irwan Raista Surbakti (161301161)
Fazila Humayra Naris (161301162)
Myra Yuliza Rahma (161301163)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Neuropsikologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara otak dan perilaku, disfungsi otak dan defisit perilaku, dan melakukan assesment dan treatment untuk perilaku yang berkaitan dengan fungsi otak yang terganggu. Dalam lima tahun terakhir, neuropsikologi berkembang pesat. Hal ini terlihat dari jumlah anggota asosiasi neuropsikologi, program pelatihan, makalah-makalah yang dipublikasikan, dan posisi-posisi tugas berkaitan dengan neuropsikologi di Amerika yang meningkat.
Sebagian ilmu neuropsikologi dianggap sebagai salah satu bagian dari biopsikologi. Biopsikologi merupakan cabang dari ilmu saraf yang berkaitan dengan segi biologis dari perilaku. Beberapa ahli menyebutnya dengan "psikobiologi" atau "perilaku biologis" atau "Behavioral Neuroscience" karena menitikberatkan pada pendekatan biologi dalam memahami psikologi.
Sejak Psikologi lahir, pendekatan secara biopsikologi secara implisit sudah diungkapkan. Namun secara eksplisit baru muncul pada karya D.O Hebb (1949), "Organization of Behavior". Dalam karyanya tersebut, Hebb mengemukakan teori yang komprehensif tentang fenomena psikologi yang berkaitan dengan persepsi, emosi, pikiran, dan memori yang mungkin dikontrol melalui aktivitas otak.
Teori tersebut merupakan salah satu dasar yang penting dalam menguraikan dan mengkonkritkan pembahasan tentang perilaku manusia yang kompleks dan kasat mata. Meskipun biopsikologi tergolong ilmu yang masih muda, namun ia memiliki perkembangan yang cepat dan memiliki kaitan yang erat dengan disiplin ilmu yang lain, diantaranya:
a. Biological Psychiatry, membahas tentang biologi yang berkaitan dengan penyimpangan psikiatris dan perlakuan (treatment) terhadap penyimpangan tersebut melalui manipulasi otak.
b. Developmental Neurobiology, membahas tentang perubahan sistem saraf sejalan dengan kematangan dan usia; neurobiology biasa juga disebut dengan neuroscience.
c. Neuroanatomy, mempelajari tentang struktur atau anatomi sistem saraf.
d. Neurochemistry, mempelajari proses-proses kimiawi yang muncul akibat aktivitas saraf, terutama proses yang mendasari transmisi sinyal melalui sel-sel saraf.
e. Neuroendocrinology, mempelajari interaksi antara sistem saraf dengan kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang diproduksinya.
f. Neuroethology, mempelajari kaitan antara sistem saraf dan perilaku yang muncul dalam lingkungan alami hewan dan dalam lingkungan laboratorium yang dikontrol ketat.
g. Neuropathology, mempelajari penyimpangan sistem saraf.
h. Neuropharmacology, mempelajari efek obat-obatan pada sistem saraf, terutama yang mempengaruhi transmisi sel saraf.
 i. Neurophysiology, mempelajari respon sistem saraf, terutama yang terlibat dalam transmisi sinyal elektronik melalui sel-sel saraf dan antara sel-sel saraf (Lahey, 2004).
Pengembangan ilmu dalam neuropsychology umumnya tidak dapat dilakukan melalui eksperimen tetapi berdasarkan kasus yang ada atau melalui penelitian quasieksperimen terhadap pasien-pasien yang menderita kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau operasi (karena kita tidak dapat merusak otak dengan sengaja untuk melakukan penelitian).
Disiplin ilmu ini memfokuskan pada bagian otak yang disebut dengan neokorteks, yaitu
bagian luar dari cerebral hemispheres yang paling mudah rusak oleh operasi maupun kecelakaan.
Neuropsychology paling banyak diterapkan dalam cabang-cabang ilmu biopsikologi karena alat-alat tes yang digunakan dalam asessment, neuropsychology sangat membantu dalam menentukan diagnosa dan memberikan terapi yang tepat, selain bermanfaat pula untuk perawatan lanjutan dan konseling bagi para penderita kerusakan otak.
Seseorang yang bekerja di bidang neuropsikologi disebut neuropsikolog. Peran seorang neurolog dan neuropsikolog klinis harus dibedakan. Seorang neurologist (neurolog) adalah seorang dokter medis dengan gelar Medical Doctor (MD) yang biasanya memiliki spesialisasi dibidang assesment dan penanganan farmakologist untuk berbagai gangguan sistem saraf.
Seorang neuropsychologist (neuropsikolog) klinis biasanya merupakan psikolog klinis yang mendapat latihan dan pengalaman tambahan tentang hubungan antara otak dan perilaku. Neuropsikolog biasanya bekerja bersama psikiater, neurolog, terapis okupasional, terapis fisik, terapis bicara, dan profesional lain dalam pendekatan tim-terkoordinasi dimana masing-masing profesional memberikan informasi yang berguna untuk profesional-profesional lainnya.
.

1.2          Rumusan Masalah
1.  Bagaimana konsep dasar dari neuropsikologi?
2.  Apa fungsi dari otak?
3.  Apa saja bagian-bagian yang menyusun otak?
4.  Bagaimana hubungan antara otak dan perilaku?
5.  Apa saja kelainan/penyakit yang terjadi pada otak?

1.3          Tujuan
1.  Mengetahui konsep dasar neuropsikologi.
2.  Mengetahui fungsi dari otak.
3.  Mengetahui bagian-bagian yang menyusun otak.
4.  Mengetahui hubungan antara otak dan perilaku.
5.  Mengetahui berbagai kelainan/penyakit yang terjadi pada otak

BAB II
ISI

2.1          Otak
Otak merupakan sekumpulan neuron yang bergabung. Otak adalah alat tubuh yang bertugas memproses informasi, serta membuat keputusan. Otak sebagai sistem saraf pusat akan menerima pesan-pesan dari reseptor, lalu mengintegrasikan informasi yang ia terima itu dengan pengalaman masa lampau, mengevaluasi semua data dan merencanakan tindakan tertentu. Otak juga memberikan arah pada fungsi-fungsi utama seperti misalnya peredaran darah dan pernafasan.
Secara umum otak memiliki tugas sebagai pengawas segala aktivitas yang terjadi pada tubuh manusia. Dalam pembagian area spesifik di otak, dapat dilihat hubungan antara otak dan tingkah laku suatu individu. Dimana dari hubungan kompleks antar rangkaian neuron di antara area tersebut, termasuklah kelakuan, emosi, pikiran, harapan, dan mimpi (Feldman, 2010).
Otak manusia, organ tubuh utama, kelihatannya seperti buah walnut (semacam kacang-kacangan, berkulit keras) seberat 3 pon, terletak di ujung atas dari sumsum tulang belakang. Kita berbicara ini seolah-olah otak manusia itu seragam dalam segala hal, nyatanya tidaklah demikian. Otak manusia ternyata sampai batas tertentu memiliki pula keanekaragaman.
Otak banyak sekali hubungannya dengan perilaku. Otaklah yang menentukan apakah seekor hewan akan berjalan dengan dua kaki atau empat kaki. Otak pula yang mendikte indra sedemikian rupa hingga dapat menuntun makhluk mengadakan persepsi. Babi dan kuda sangat tergantung pada daya penciumannya, sedangkan manusia lebih mengandalkan diri pada daya penglihatan. Otak tidak dapat disangkal lagi, merupakan satu organ yang berpengaruh (Linda, 1981).
2.2     Struktur Otak
          Otak terdiri atas sekitar 10 miliar neuron yang terjalin menjadi pola-pola yang terkonsentrasi dan rumit. 600 juta sinapsis terdapat dalam satu inchi kubik jaringan otak. Setiap korteks neuron, tergantung pada letaknya, memiliki 6000 hingga 60000 sinapsis. Sejumlah kombinasi yang berbeda dari sel otak individu terlibat berbagai pola aktivitas  dalam berimajinasi. Jumlah kombinasi yang berbeda tersebut, antara 5 sel mungkin hanya akan jauh melebihi satu triliun.
Neuron pada otak, tak henti-hentinya beraktivitas. Dimana tiap menit akan menghasilkan arus listrik yang melompat antara sel satu dengan sel lain. Untuk mempertahankan aktivitas yang tinggi, otak membutuhkan asupan oksigen dan makanan. Dari 2% berat badan tubuh, otak setidaknya membutuhkan pasokan oksigen sebesar 20%. Oksigen dan makanan tersebut diangkut oleh darah ke otak. Jika peredaran darah terganggu selama beberapa detik akan berakibat buruk terhadap otak (aktivitas berhenti). Inilah yang terjadi ketika seseorang pingsan, tidak cukup darah mencapai otak untuk menjaga sel-sel otak tetap beroperasi.
Dilihat dari atas, otak adalah organ berbentuk bola besar yang dibagi menjadi dua bagian terpisah, atau belahan otak. Belahan-belahan ini mencakup berbagai unit struktural yang terletak lebih rendah di antara mereka dan sumsum tulang belakang (Howard, 1974).
Beberapa struktur otak memiliki batas yang jelas. Beberapa struktur lain tidak memiliki batas yang jelas; hal ini menyebabkan perdebatan tentang perbatasan yang sesungguhnya dan fungsi yang dikendalikannya. Untuk tujuan deskripsi, akan sangat membantu jika kita menganggap otak manusia terdiri dari tiga lapisan konsentrik: central core, sistem limbik, dan hemifer cerebral (serebrum) (Rita, 1987).
Seperti perkembangan embrio, sistem saraf berkembang dari struktur tubular yang sederhana ke dalam sistem saraf pusat, yang terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang memiliki dua fungsi utama: sebagai kondutor impuls saraf ke dan dari otak juga sebagai mediator untuk gerakan refleks.
Selama perkembangan awal embrio, tiga daerah di wilayah kepala tabung saraf membesar, membentuk subdivisi dari otak orang dewasa: forebrain (otak depan), midbrain (otak tengah), dan hind brain (otak belakang) (Howard, 1974).
2.2.1  Otak Belakang
Otak Belakang (hindbrain) terletak di bagian belakang tengkorak kepala, merupakan bagian terbawah otak. Tiga bagian utama otak belakang adalah medula, serebum, dan pons.
2.2.1.1 Medula
  Medula (Medulla) berawal ketika sumsum tulang belakang memasuki tengkorak kepala. Ia membantu mengendalikan pernapasan kita dan mengatur berbagai refleks yang memungkinkan kita mempertahankan postur tegak.

2.2.1.2  Serebelum
   Serebelum (Cerebellum) memanjang dari bagian belakang otak belakang, tepat di atas medula. Serebelum terdiri atas dua struktur melingkar yang dianggap memainkan peranan penting dalam koordinasi motorik.
2.2.1.3 Pons
  Pons merupakan jembatan pada otak belakang. Dalam pons terdapat beberapa kelompok serat yang terlibat saat tidur dan tergugah.
2.2.2  Otak Tengah
Otak tengah (midbrain) terletak antara otak belakang dan otak depan merupakan wilayah dengan banyak sistem serat saraf naik dan turun untuk berhubungan dengan bagian otak yang lebih rendah dan lebih tinggi. Permukaan terluar otak bagian tengah disebut dengan tektum. Terdapat dua tonjolan di kedua sisi tektum . Terdapat dua tonjolan di kedua sisi tektum yang disebut kolikulus superior dan kolikulus inferior,  kedua tonjolan tersebut merupakan bagian pernting dalam jalur informasi sonsori.
   Di bawah lapisan tektum terdapat tegmentum (Tegmentum dalam bahasa Latin berarti “penutup” seperti karpet yang menutupi lantai. (Laura, 2010).
2.2.3  Otak Bagian Depan
Otak Bagian Depan (forebrain) adalah bagian otak paling anterior dan paling terlihat, terdiri dari dua belahan, satu di kiri dan satu di kanan. Setiap bagian otak telah membagi tugas untuk menerima sebagian besar informasi sensorik dari sisi tubuh yang kontralateral (berlawanan), serta mengendalikan sebagian besar otot pada sisi serta mengendalikan sebagian besar otot pada sisi tubuh yang berlawanan.
Lapisan luar otak bagian depan disebut korteks serebum (cerebum adalah bahasa Latin yang berarti “otak”; cortex adalah bahasa Latin yang berarti “kulit” atau “cangkang”). Di bawah lapisan korteks serebrum terdapat struktur-struktur lain, seperti talamus yang merupakan sumber input utama untuk korteks serebrum. (Kalat, 2010).
Struktur otak depan yang terpenting adalah limbik, talamus, ganglia basalis, hipotalamus, dan korteks serebrum.


2.2.3.1  Sistem Limbik (limbic system)
Sistem limbik merupakan jejaring yang terhubung dengan longgar dari struktur di bawah korteks serebrum merupakan bagian penting dalam ingatan dan emosi. Dua struktur utamanya adalah amigdala dan hipokampus.
·  Amigdala (amygdala) (dalam bahasa Latin untuk bentuk “almond” bertempat di dalam dasar lobus temporal. Ia terlibat dalam diskriminasi berbagai objek yang diperlukan bagi organisme untuk bertahan hidup, seperti makanan yang tepat, kawin, dan pesaing sosial.
·  Hipokampus (hippocampus) memiliki peran penting dalam penyimpanan ingatan. Individu yang luas tidak dapat mempertahankan berbagai ingatan sadar yang baru setelah kerusakan.
2.2.3.2 Talamus (thalamus)
  Talamus merupakan struktur otak depan yang terletak pada bagian atas batang otak dalam inti pusat otak. Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar kembali yag sangat penting. Fungsi penting dari talamus adalah menyaring informasi dan mengirimnya ke tempat yang tepat di dalam otak depan utnuk integrasi dan interpretasi lebih lanjut.
2.2.3.3 Ganglia basalis (basal ganglia)
  Ganglia berada di atas talamus dan di bawah korteks serebrum terdapat sekelompok atau ganglia besar, dari neuron yang disebut ganglia basalis. Ganglia basalis bekerja dengan serebelum dan korteks serebrum untuk mengendalikan dan mengoordinasikan gerakan-gerakan valunter.
2.2.3.4 Hipotalamus (hypothalamus)
   Hipotalamus merupakan struktur otak depan yang kecil terletak tepat di bawah talamus, memantau tiga aktivitas menyenangkan, makan, minum, dan seks, dan juga emosi, stres, dan ganjaran. Hipotalamus juga membantu mengarahkan sistem endokrin. Hipotalamus juga terlibat dalam keadaan emosional dan stres, memainkan peranan penting sebagai tempat integratif untuk menangani stres. Dalam sebuah penelitian klasik, James Olds dan Peter Milner (1954) meyakini bahwa mereka telah menemukan pusat kesenangan dalam hipotalamus. Saat ini para peneliti sepakat bahwa hipotalamus terlibat dalam perasaaan yang menyenangkan .


2.2.3.5 Korteks Serebrum
  Korteks serebrum (crerebral cortex) adalah wilayah otak depan tertinggi dan yang paling akhir berkembang dalam evolusi otak. Pada kortek serebrumlah fungsi-fungsi luhur, seperti berpikir dan berencana terjadi.  Lobus permukaan keriput korteks serebrum dibagi menjadi dua bagian yang disebut hemisfer (hemisphere). Tiap-tiap hemisfer dibagi lagi menjadi empat wilayah.
·  Lobus oksipital (occipital lobe), berada di belakang kepala, berespon terhadap rangsangan visual. Wilayah-wilayah lobus okspital yang berbeda-beda dihubungkan untuk mengolah informasi mengenai aspek-aspek rangsang visual, seperti warna, bentuk, dan gerakan.
·  Lobus temporal (temporal lobe), bagian korteks serebrum tepat di atas telinga, terlibat dalam pendengaran, pengolahan bahasa, dan ingatan. Lobus temporal memiliki sejumlah hubungan dengan sistem limbik. Beberapa peniliti berpendapat bahwa lobus temporal adalah tempat kemampuan manusia untuk mengolah informasi mengenai wajah.
·  Lobus frontal (frontal lobe), bagian korteks serebrum yang teletak di belakang dahi yang terlibat dalam pengendalian otot-otot volunter, kecerdasan, dan kepribadian. Bagian penting lobus frontal adalah korteks prefontal (prefrontal cortex) yang berada di depan korteks motorik. Korteks prefontal terlibat dalam fungsi kognitif yang luhur, seperti merencanakan, menalar, dan pengendalian diri.
·  Lobus parietal, terletak pada bagian atas dan menghadap bagian belakang kepala, terlibat dalam pencatatan lokasi keruangan, perhatian, dan pengendalian motorik (Laura, 2010).
2.2.4 Korteks Somatosensorik dan Korteks Motorik
Dua wilayah korteks serebrum lainnya yang penting adalah korteks somatosensorik dan korteks motorik. Korteks somatosensorik (somatosensory cortex) mengolah informasi mengenai sensasi tubuh. Ia terletak pada bagian depan lobus parietal. Korteks motorik (motor cortex) bertempat di belakang lobus frontal, mengolah informasi mengenai pergerakan volunter.
Korteks Asosiasi, melekat dalam lobus-lobus otak, korteks asosiasi membentuk 75 persen korteks serebrum. Korteks asosiasi meruoakan bagian korteks serebrum yang mengintergrasikan informasi tersebut. Fungsi intelektual luhur, seperti berpikir dan memecahkan masalah, terjadi dalam korteks asosiasi.

2.2.5  Hemisfer Serebrum dan Pemisahan Otak
Saat ini terdapat banyak keterkaitan dalam kadar keterlibatan hemisfer kiri atau hemisfer kanan otak dalam berbagai aspek berpikir, perasaan, dan berperilaku.  Sebagaimana kenyataanya, hemisfer kanan hanya menerima informasi dari sisi kiri tubuh, dan hemisfer kiri hanya menerima informasi dari sisi kanan tubu.
Pada orang-orang dengan otak yang lengkap, spesialisasi fungsi muncul pada beberapa wilayah. Berikut ini adalah wilayah-wilayah utama di saat otak cenderung membagi fungsinya ke dalam satu hemisfer atau hemisfer lainnya:
·  Pengolahan verbal: Penelitian yang paling luas pada dua hemisfer otak dipusatkan pada bahasa. Bicara dan tata bahasa dilokalisasikan pada hemisfer kiri. Kesalahpahaman umum yang terjadi adalah bahwa semua pengolahan bahasa dilakukan oleh hemisfer kiri. Namun demikian, aspek-aspek bahasa, seperti penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks yang berbeda dan banyak rasa humor kita berada di dalam hemisfer kanan.
·  Pengolahan nonverbal: Hemisfer kanan lebih dominan dalam mengolah informasi nonverbal, seperti persepsi keruangan, pengenalan visual, dan emosi. Hemisfer kanan juga mungkin lebih terlibat dalam pengolahan informasi mengenai emosi, baik ketika kita mengekspresikan emosi kita sendiri, dan ketika kita mengenali emosi orang lain.
Karena diketahui adanya perbedaan dalam fungsi kedua hemisfer otak, orang-orang biasnya menggunakan istilah otak kiri dan otak kanan sebagai cara untuk mengelompokkan dirinya dan orang lain. Generalisasi seperti itu memiliki dasar ilmiah yang sedikit. Mitos otak kiri-kanan dimulai dengan penerbitan penelitian klasik pemisahan otak dari Roger Sperry. Seiring dengan temuan Sperry dipublikasikan oleh media, temuan tersebut kemudian terlalu disederhanakan, dan orang-orang melabel baik otak kanan (artistik) atau otak kiri (logis).
Meskipun terdapat beberapa spesialisasi fungsi, dalam banyak tugas yang rumit pada saat terlibat dalam kehidupan sehari-harinya, integrasi antarhemisfer merupakan hal yang lazim.
2.2.6  Integrasi Fungsi di dalam Otak
Kita bisa mendapatkan pemahaman fungsi integrasi otak dengan menganggap seperti tindakan melarikan diri dari gedung yang terbakar. Bayangkan, anda sedang duduk di meja, menulis surat, ketika tiba-tiba muncul api di belakang Anda. Suara api yang mengeritik dipancarkan kembali dari telinga Anda melalui talamus, menuju ke korteks auditori, dan kemudian menuju korteks asosiasi auditori. Asosiasi “api” memicu bagian lainnya. Perhatian Anda beralih ke sinyal auditori yang ada di dalam korteks asosiasi Anda, dan ke korteks asosiasi auditori. Secara bersamaan kepala Anda berputar ke arah suara. Sekarang korteks asosiasi visual anda melaporkan: “Objek cocok dengan api”. Namun demikian, menembak neuron yang mengodekan rencana untuk kabur tidak akan membuat Anda bangkit dari kursi. Ganglia basalis harus terlibat dan dari sana perintah akan muncul untuk mengatur batang otak, korteks motorik, dan serebrum kepada tugas memindahkan Anda keluar dari ruangan.
   Hampir seluruh sistem memiliki peran untuk melarikan diri. Omong-omong, Anda akan mengingat kejadian ini karena sirkuit limbik Anda cenderung telah memulai pembentukan ingatan ketika asosiasi “api” dipicu. Berikutnya, suara api mengeritik mencapai korteks asosiasi auditori, asosiasi yang terpicu akan termasuk pelarian yang terkini. Ringkasnya, integrasi fungsi yang banyak terjadi di dalam otak (Laura, 2010).
2.2.7  Gambaran Otak yang Hidup
Sejumlah teknik telah dikembangkan untuk mendapatkan gambaran otak manusia hidup yang terperinci tanpa menyebabkan kerusakan atau distress pada pasien. Sebelum teknik tersebut disempurnakan, lokasi sesungguhnya dan identifikasi sebagian besar tipe cedera otak hanya dapat ditentukan dari eksplorasi ahli bedah saraf, dengan diagnosis neurologis yang rumit, atau dengan otopsi setelah kematian pasien.
Teknik yang baru tergantung pada metode komputer yang canggih yang belum lama tersedia. Salah satu teknik tersebut adalah computerized axial tomography (disingkat CAT atau CT) (Rita, 1987).
2.2.8  Asimetri di Otak
Pada pemeriksaan sekilas, kedua paruh otak manusia terlihat seperti bayangan  cermin satu sama lain. Tetapi pemeriksaan yang lebih cermat menunjukkan adanya asimetri. Jika otak diukur selama otopsi, hemisfer kiri hampir selalu lebih besar dibandingkan hemisfer kanan. Juga, hemisfer kanan mengandung lebih banyak serabut neural panjang yang menghubungkan banyak daerah terpisah di otak, sedangkan hemisfer kiri mengandung banyak serabut lebih pendek yang memberikan interkoneksi di dalam daerah yang terbatas.
Pada awal tahun 1861, seorang dokter Perancis , Paul Broca mempelajari otak seorang pasien yang kehilangan kemampuan berbicaranya. Dr. Broca menemukan kerusakan di area hemisfer kiri tepat di atas fisura lateral lobus frontalis. Daerah ini yang dikenal sebagai area Broca, terlibat dalam pembentukan bicara. Destruksi daerah yang ekuivalen di hemisfer kanan bisanya tidak menyebabkan gangguan bicara. Area yang terlibat dalam pemahaman pembicaraan dan kemampuan menulis serta memahami kata-kata yang tertulis biasanya juga terletak di hemisfer kiri.
Jadi, orang yang mengalami stroke yang merusak hemisfer kiri lebih sering menunjukkan gangguan berbahasa dibandingkan orang yang strokenya menyerang hemisfer kanan. Beberapa orang kidal memiliki pusat bicara yang terletak di hemisfer kanan, tetapi sebagian besarnya pula memiliki fungsi bahasa di hemisfer kiri (sama seperti individu yang tidak kidal).
Walaupun peran hemisfer kiri dalam bahasa telah diketahui sejak lama, hanya belum lama ini saja kita dapat meneliti apa yang dilakukan masing-masing hemisfer itu sendiri. Pada individu normal, otak berfungsi secara terintegrasi sebagai keseluruhan informasi di satu hemisfer segera ditransfer ke hemisfer lain melalui pita serabut saraf penghubung yang besar yang dinamakan korpus kalosum.
Jembatan penghubung ini dapat menyebabkan masalah pada beberapa bentuk epilepsi, karena kejang yang dimulai di salah satu hemisfer dapat menyeberanginya dan menyebabkan pemicuan masif neuron di hemisfer lain. Untuk mencegah kejang menyeluruh ini pada beberapa penderita epilepsi parah, ahli bedah saraf secara bedah memotong korpus kalosum.
Operasi ini terbukti berhasil pada sebagian individu, yang menyebabkan penurunan kejang. Selain itu, tampaknya tidak ada efek yang tidak diharapkan, pasien tampaknya menjalankan kehidupan sehari-harinya seperti individu yang memiliki hemisfer yang masih berhubungan. Diperlukan beberapa tes yang sangat khusus untuk menunjukkan bagaimana fungsi mental terpengaruhi dengan memisahkan kedua hemisfer tersebut. Diperlukan sedikit informasi dasar lagi untuk mengerti eksperimen yang kita ketahui.
Kita telah mengetahui bahwa saraf motorik menyeberang saat meninggalkan otak, sehingga hemisfer serebral kiri mengendalikan tubuh sebelah kiri. Juga telah diketahui bahwa area pembentukan bicara (area Broca) terletak di hemisfer kiri. Jika mata terfiksasi tepat ke depan, bayangan di sebelah kiri titik fiksasi masuk ke kedua mata dan menuju sisi kiri otak.
Jadi masing-masing hemisfer melihat separuh lapangan pandang dimana “tangannya” berfungsi secara normal. Sebagai contoh, hemisfer kiri melihat tangan kanan dalam lapangan pandang kanan. Pada otak normal, stimuli yang memasuki salah satu hemisfer dengan cepat dikomunikasikan melalui korpus kalosum ke hemisfer lain. Sehingga otak berfungsi sebagai satu kesatuan (Rita, 1987).


2.2.9  Perangsangan Otak
Ketika bahan kimia tertentu, atau aliran listrik yang rendah (yang mirip dengan kimia atau aliran listrik yang normal) diberikan pada daerah tertentu di otak, ternyata dapat merangsang timbulnya satu perilaku tertentu. Kita akan memusatkan perhatian pada perangsangan listrik. Seperti prosedur perekaman, perangsangan listrik ialah dengan menggunakan elektroda. Pada contoh ini, aliran yang sedang dialirkan adalah melalui sepasang elektroda yang sebelumnya telah dipasangkan pada daerah yang tepat di dalam otak. Dengan mengamati reaksi yang ditimbulkannya, psikolog dan pengamat lainnya dapat mempelajari mengenai fungsi daerah otak itu.
Teknik-teknik perangsangan dengan listrik ini telah memungkinkan para ilmuwan menggambarkan sebuah peta dari otak manusia yang menunjukkan bahwa daerah tertentu dari otak berkaitan dengan jenis perilaku tertentu.
Pendekatan dengan menggunakan perangsangan ini tentu saja mempunyai kesulitan. Karena sistem saraf dengan erat kaitan satu sama lainnya, tidaklah mungkin untuk merangsang suatu jaringan daerah tertentu tanpa pengaruh pada jaringan lain. Persentuhan dengan bahan kimia dan aliran listrik juga dapat merusak cara kerja otak.
Perangsangan otak pada manusia seringkali dilakukan untuk mengendalikan gejala pasien yang menderita misalnya kanker terminal, epilepsi intraktabel, atau psikosis (gila) (Linda, 1981).
2.3     Kerusakan Otak
Dari ulasan kasus Zasetsky, neuron dari susunan syaraf pusat, bila mengalami kerusakan tidak akan dapat diperbaiki lagi. Beberapa contoh kerusakan pada otak adalah alzheimer.
2.3.2  Keplastisan Setelah Kerusakan Otak
Hampir setiap orang yang bertahan hidup setelah kerusakan otak akan memperlihatkan sedikit pemulihan perilaku,pada beberpa kasusa terjadi pemulihan total. Beberapa mekanisme pemulihan tersebut bergantung pada pertumbuhan cabang akson dan dendrit yang baru.
2.3.3   Kerusakan Otak dan Pemulihan Jangka Pendek
 Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab kerusakan otak: tumor, infeksi, paparan radiasi, dan racun, serta kondisi degeneratif seperti penyakit parkinson dan Alzheimer. Di usia muda, penyebab kerusakan otk paling umum adalah: cedera kepala tertutup, bentuan keras akibat jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atau kecelakaan lain, penganiayaan atau trauma lain yang terjadi tiba-tiba tetapi tidak langsung melukai otak. Sebagian kerusakan terjadi karena rotasi membenturkan otak dengan bagian dalam tengkorak. Trauma kepala tertutup juga menghasilkan penggumpalan darah yang mengganggu peredaran darah ke otak.
2.3.3.1  Diaschisis
   Hilangnya suatu perilaku setelah kerusakan otak artinya lebih dari hilangnya fungsi neuron yang telah mati. Aktivitas suatu area otak menstimulasi banyak area lain, maka kerusakan pada suatu area akan menyebabkan hilangnya stimulasi area otak lain sehingga akan mengganggu fungsi normal area tersebut. Jika diaschisis menyebabkan hilangnya suatu perilaku setelah terjadi keruskan orak, maka obat stimulan dapat mengurangi efek diaschisis, sehingga mendorong pemulihan.Karena berbeda denan obat pemecah gumpalan darah, obat stimulan tidak diberikan langsung setelah serangan terjadi, melainkan beberapa hari atau minggu setelah serangan.Penggunaan obat stimulan akan bertentangan dengan reaksi umum orang yang berusaha menenangkan penderita stroke menggunakan obat penenang. Obat penenang meningkatkan pelapisan dopamin dan mengganggu proses pemulihan kerusakan otak.
2.3.4   Mengurangi Pengaruh Stroke yang Merugikan
 Penyebab kerusakan otak yang umum terjadi pada orang tua (jarang terjadi pada usia muda) adalah hilanganya peredearan darah ke otak secara sementara selama terjadinya Stroke , dikenal juga dengan cedera serebrovaskular. Salah satu tipe stroke yang lebih umum adalah iskemia yaitu penghambatan peredaran darah pada arteri karena ada penggumpalan darah atau gangguan lain. Tipe stroke yang jarang terjadi adalah hemoragi, yaitu pendarahan yang disebabkan arteri yang pecah.
2.3.5 Mekanisme Lanjut Pemulihan
Dalam selang waktu beberapa jam atau paling lama beberapa hari setelah terjadinya kerusakan otak, tidak akan ada neuron yang akan mati lagi dan tidak akan ada neuron baru yang akan menggantikan neuron yang telah mati. Walaupun begitu, terdapat bermacam-macam perubahan yang terjadi pada neuron yang selamat.
2.3.6  Akson yang Tumbuh Kembali
Akson yang rusak dapat tumbuh kembali, walaupun badan sel tidak dapat tergantikan. Sebuah neuron pada sistem saraf tepi memiliki badan sel yang terletak di dalam sumsum tulang belakang dan aksonnya memanjang ke dalam salah satu anggota badan. Jika akson tersebut dihancurkan, maka bagian yang hancur akan tumbuh kembali ke arah tepian tubuh dengan laju skeitar 1 mm per hari. Akson tersebut akan tumbuh mengikuti selubung mielinnya ke arah target awalnya. Apabila akson dipotong alih-alih dihancurkan, maka kedua sisi potongan mungkin tidak tersambung dengan benar dan akson yang tumbuh kembali mungkin tidak memiliki panduan arah yang jelas. Terkadang neuron motorik melekat pada otot yang salah.
2.3.7  Pertunasan
Otak terus-menerus menumbuhkan cabang akson dan dendrit baru, sebaliknya otak akan mengeliminasi cabang yang lama. Proses tersebut percepatannya bertambah sebagai respons terhadap kerusakan. Ketika sekelompok akson mati, maka sel yang kehilangan sumber inervasi akan bereaksi dengan melepaskan neurotrofin untuk merangsang akson lain untuk membentuk cabang baru atau tunas kolateral (collateral sprouts) yang melekat pada sinapsi yang kosong. Secara bertahap  dalam kurun waktu beberapa bulan, tunas tersbeut akan mengisi sebagian besar sinapasi yang kosong.
Sebagina besar penelitian membahas tentang hipokampus, yang telah diketauhi sebagai lokasi terjadinya dua tipe pertunasan. Pertama, kerusakan pada sekelompok akson dapat mengiduksi pertunasan melalui akson yang serupa. Kedua, kerusakan pada sekelompok akso terkadang mengindukasi pertunasan dari akson yang tidak berkaitan.
Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa gangliosida (suatu kelompok glikolipid, yaitu molekul gabungan dari karbohidrat dan lipid) mendorong pemulihan otak yang rusak. Fakta bahwa gangliosida dapat melekat pada membran neuron, mengindikasikan bahwa molekul tersebut berperan dalam proses pengenalan antar neuron.Pada percobaan terbatas terhadap manusia penderita kerusakan parsial sumsum tulang belakang, gangliosida memperlihatkan peran dalam membantu pemulihan fungsi (tubuh).
2.3.8  Penyesuaian Perilaku yang dipelajari
Individu penderita kerusakan otak yang sepertinya telah kehilangan beberapa kemampuan, mungkin kemampuan tersebut memang hilang sama sekali atau mungkin juga dapat ditemukan kembali dengan usaha yang memadai. Sejumlah, atau mungkin sebagian besar pemulihan kerusakan otak tergantung pada proses belajar untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kemampuan yang masih dimiliki.
Orang yang mengalami kerusakan otak, mereka dapat melakukan hal yang lebih banyak daripada yang mereka sadari. Sering kali mereka menemukan cara untuk menyelesaikan sebuah kegiatan harian tanpa bergantung pada kemampuan mereka yang telah terganggu. Membutuhkan banyak usaha dan proses pemulihan itu sendiri adalah hal yang tidak pasti.
Seseorang yang kelihatannya memiliki fungsi normal setelah kerusakan otak, justru mengeluarkan usaha yang lebih besar ketika melakukan sesuatu dibanding orang normal. Perilaku seseorang yang mengalami gangguan yang nyata lebih dari rata-rata pada usia tua (Kalat, 2010).
2.4   Aktivitas Otak dan Kaitannya dengan Perilaku
        Proses mengaitkan antara anatomi tengkorak dan perilaku dikenal dengan frenologi (phrenology). Frenologi memiliki beberapa kelemahan, yaitu penggunaan data yang tidak valid. Pada beberapa kasus, mereka hanya memeriksa satu orang yang memiliki perilaku aneh dan menggunakan data tersebut untuk menentukan area otak yang mungkin berkaitan dengan perilaku tersebut.
Beberapa peneliti dalam masa 1800-an dan 1900-an tidak menyetujui ide pemeriksaan tengkorak, tetapi mereka menerima ide bahwa anatomi otak berkaitan dengan perilaku. Salah satu proyek yang dilakukan untuk membuktikan hal ini adalah dengan mengeluarkan otak orang terpandang yang sudah meninggal dan mengamati apakah ada keanehan. Tidak ada kesimpulan yang berhasil didapat. Otak orang-orang tersebut sangat bervariasi secara ukuran dan anatomi luarnya. Jadi, apabila menjadi terpandang berkaitan dengan salah satu struktur otak, maka pastinya kaitan itu tidak teramati sama sekali.
Walau kita mengacuhkan pertanyaan bagaimana kaitan antara keseluruhan otak dengan sesuatu apapun, tetapi ukuran bagian tertentu mungkin berkaitan dengan suatu perilaku. Contohnya, peneliti ingin mengetahui apakah penderita skizofrenia atau gangguan jiwa lainnya memiliki kelainan otak. Saat ini, para peneliti dapat memeriksa anatomi otak secara mendetail dari orang yang masih hidup dan mengumpulkan sejumlah orang sehingga cukuputuk melakukan analisis statistika.
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah pindai tomografi komputer atau Computerized Axial Tomography (CT Scan atau CAT). Seorang dokter akan menyuntikkan pewarna ke dalam pembuluh darah (untuk meningkatkan kontras warna pada citra), kemudian kepala orang yang akandiperiksa diposisikan ke dalam pemindai. Sinar X menembus kepaladan kemudian direkam oleh detektor pada sisi yang berlawanan. Pemindai akan diputar perlahan hingga pengukuran telah dilakukan dari semua sudut hingga genap 180o. Hasil pengukuran akan diolah komputer akan direkonstruksi sebuah citra otak.
Metode lain adalah pencitraan resonansi magnetik atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Metode MRI berdasar pada fakta bahwa atom yang memiliki nomor atom ganjil (misalnya: hidrogen) memiliki sudut rotasi. Pengukuran energi elektromagnetikyang dikeluarkan dapat diinterpretasikan oleh MRI sebagai gambar otak, tidak sesuai untuk anak-anak dan orang yang takut berada dalam ruang sempit.
   ”Satu Batasan”  adalah kata-kata dalam psikologi yang akan sering Anda dengar berulang kali, dan istilah berkaitan bukan berarti memiliki hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, kelainan otak dapat memengaruhi perilaku, tetapi mungkin juga gangguan perilaku dapat memengaruhi perilaku, tetapi mungkin juga gangguan perilaku dapat memengaruhi kelainan otak.
2.4.1  Merekam Aktivitas Otak
Penelitian otak manusia menggunakan metode-metode yang tidak merusak, yaitu metode yang melibatkan pemasukan alat apapun ke dalam otak. Sebuah alat yang disebut elektroensefalografi atau electroencephalograph (EEG) dapat merekam aktvitas lisrrik otak melalui elektroda yang dilekatkan ke kulit kepala, elektroda yang digunakan jumlahnya berkisar dari hanya beberapa hingga ratusan. Sebuah alat magnetoensefalograf (magnetoencephalograph/MEG) adalah alat yang serupa dengan EEG.
Hanya saja, alih-alih mengukur aktivitas listrik otak, alat tersebut mengukur medan magnet lemah yang dihasilkan oleh aktivitas otak. Metode lain yaitu tomografi emisi positron (positron-emissiontomography/PET), menghasilkan citra beresolusi tinggi dari otak yang masih hidup dengan cara mengukur emisi radioaktif dari zat kimia yang telah disuntikkan.
2.4.2  Pengaruh Stimulasi Otak
Jika kerusakan otak mengganggu perilaku tertentu, maa stimulasi seharusnya dapat memperbaikinya. Pada manusia peneliti dapat menggunakan prosedur yang tidak seinvasif itu (walaupun mengurangi presisi). Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk manusia adalah penyuntikan zat kimia yang dapat menstimulasi satu tipe reseptor. Kelemahan metode tersebut adalah zat kimia mengaktivasi reseptor tersebut di semua lokasi otak, tidak terbatas hanya pada satu area saja.
2.4.3 Otak dan Kecerdasan
Peneliti membandingkan otak orang-otang yang terpandang (yang kemungkinan juga cerdas) dengan otak orang biasa. Dari kedua kelompok tersebut, peneliti gagal menemukan perbedaan jelas pada ukuran otak ataupu karakteristik lain yang mudah diamati. Sedikitnya kaitan yang ditemukan seharusnya meyakinkan kita bahwa tidak ada kaitan antara ukuran otak dan kecerdasan. Jika ukuran otak memang penentu kecerdasan, maka kita dapat meningkatkan kecerdasan hanya dengan menyediakan banyak nutrisi yang baik tanpa perlu memerdulikan pendidikan.
2.4.4 Perbandingan Antarmanusia
         Seperti biasa, korelasi bukan berarti sebab akibat. Sebagai contoh, ukuran otak dan IQ mungkin berkorelasi karena kesehatan dan nutrisi yang baik memberipengaruh pada pertumbuhan otak dan performa intelektual. Lebih jauh lagi, jumlah pensil yang dapat digenggam oleh seseorang tentunya berkolerasi dan ukuran tangannya, dan ukuran tangan berkorelasi dengan ukuran kaki, karena sebagian besar orang yang memiliki tangan besar juga memiliki kaki yang besar. Begitu juga dengan ukuran otak yang akan berkorelasi dengan ukuran organ lainnya. Oleh karena iu, jika kecerdasan hanya bergantung pada satu area otak, maka masih ada kemungkinan bahwa kecerdasan juga berkorelasi dengan area otak lain.
Sekarang kita menghadapi pernyataan yang paling membingungkan, yaitu: walaupun IQ dan ukuran otak memperlihatkan korelasi positif padapria dan wanita, pria cenderung memiliki ukura otak lebih besar daripada wanita, tetapi IQ pria dan wanita setara. Jika ukuran otak memiliki arti yang penting, mengapa pria tidak memiliki IQ lebih tinggi? Satu kemungkinan jawaban adalah pemeriksaan terhadap rasio ukuran otak dan tubuh.
Namun, langkah itupun belum tentu memberikan jawaban yang sesungguhnya. Sebagian penelitian yang telah dilakukan adalah pencarian korelasi antara IQ dengan ukuran otak, bukan dengan rasio ukuran otak dan tubuh. Apabila IQ hanya tergantung pada rasio ukuran otak dan tubuh, maka seharusnya IQ berubah ketika berat badan seseorang mengalami peningkatan ataupun penurunan, dan tentunya hal tersebut tidak terjadi (Kalat, 2010).



BAB III

PENUTUP

3.1    Rangkuman
Neuropsikologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara otak dan perilaku, disfungsi otak dan defisit perilaku, dan melakukan assesment dan treatment untuk perilaku yang berkaitan dengan fungsi otak yang terganggu. Pengembangan ilmu dalam neuropsychology umumnya tidak dapat dilakukan melalui eksperimen tetapi berdasarkan kasus yang ada atau melalui penelitian quasieksperimen terhadap pasien-pasien yang menderita kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau operasi (karena kita tidak dapat merusak otak dengan sengaja untuk melakukan penelitian).
Otak merupakan sekumpulan neuron yang bergabung. Otak sebagai sistem saraf pusat akan menerima pesan-pesan dari reseptor, lalu mengintegrasikan informasi yang ia terima itu dengan pengalaman masa lampau, mengevaluasi semua data dan merencanakan tindakan tertentu. Secara umum otak memiliki tugas sebagai pengawas segala aktivitas yang terjadi pada tubuh manusia. Dalam pembagian area spesifik di otak, dapat dilihat hubungan antara otak dan tingkah laku suatu individu.
Otak manusia terdiri dari tiga lapisan konsentrik: central core, sistem limbik, dan hemifer cerebral (serebrum). Seperti perkembangan embrio, sistem saraf berkembang dari struktur tubular yang sederhana ke dalam sistem saraf pusat, yang terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang memiliki dua fungsi utama: sebagai kondutor impuls saraf ke dan dari otak juga sebagai mediator untuk gerakan refleks.
Selama perkembangan awal embrio, tiga daerah di wilayah kepala tabung saraf membesar, membentuk subdivisi dari otak orang dewasa: forebrain (otak depan), midbrain (otak tengah), dan hind brain (otak belakang).
Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab kerusakan otak: tumor, infeksi, paparan radiasi, dan racun, serta kondisi degeneratif seperti penyakit parkinson dan Alzheimer. Di usia muda, penyebab kerusakan otk paling umum adalah: cedera kepala tertutup, bentuan keras akibat jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atau kecelakaan lain, penganiayaan atau trauma lain yang terjadi tiba-tiba tetapi tidak langsung melukai otak.

           
3.2       Saran
Berdasarkan materi yang kami bahas, yaitu tentang neuropsikologi: otak. Masih terdapat banyak kekurangan disana-sini. Karena kurangnya kepahaman atas materi yang dibahas tersebut, juga kurangnya sumber bacaan. Hal ini disebabkan oleh literatur yang sulit dimengerti karena sedikit literatur yang berbahasa indonesia dan sumber dari internet yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu kami berharap untuk diberikannya masukan/kritik yang bersifat membangun. Agar dikemudian hari, makalah ini dapat lebih baik lagi dan semakin bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dan saran yang dapat kami berikan, agar pemakalah seperti kami mengumpulkan sumber bacaan yang lebih banyak. Supaya lebih mendalami materi yang akan dibahas. Juga berdasarkan materi yang kami bahas ini, kita harus menjaga “kesehatan” otak kita. Agar dapat memaksimalkan segala aktivitas. Dimana sudah diketahui bahwasanya otak merupakan pusat pengendali segala aktivitas organ tubuh.

Daftar Pustaka

Atkinson, Rita L et all. 1987. Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta:
       Erlangga.
Davidoff, Linda L. 1981. Psikologi Suatu Pengantar Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
    Erlangga.
Feldman, Robert S. 2010. Psychology and Your Life. US: McGraw-Hill.
Kalat, James W. 2010. Biopsikologi Buku 1 Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.
Kendler, Howard H. 1975. Basic Psychology Third Edition. London:
       W.A.Benjamin, INC.
King, Laura A. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
       Humanika.
Lahey, Benjamin B. 2004. Psychology An Introduction. US: McGraw-Hill.

You Might Also Like

0 komentar